Info DAPODIKDAS – Selamat siang sahabat DAPO
hari ini di didaerah saya masih sama sepeti hari kemarin di selimuti kabut asap
yang semakin hari semakin pekat entah karna titik apinya bertambah atau karna
tidak ada perhatian yang serius dari pemerintah pusat yang hanya mengandalkan
pemadaman api oleh instasi terkait yang ada di pemerintah daerah tingkat II
saja miris rasanya melihat perjuangan para relawan pemadam kebakaran yang ada
di kabupaten saya yang memiliki alat pemadaman yang kurang memadai dan tidak
bisa menjagkau titik apa yang ada di daerah pedalaman di tengah hutan
aittssssss saya mohon maaf kok jadi curhat masalah asap ya jadi ngak singkron
ama judul postingan diatas ni ya udah kalau gitu kita tinggalkan asap mudahan
asapnya cepat hilang dan masyrakat bisa menghirup udara segar lagi karna
kebakaran hutan ini dalam teorinya tidak bisa dipadamkan oleh manusia hanya
bisa di padamkan oleh Tuhan Yang Maha Esa . yaaaa kok malah bahas kebakaran
lagi, baiklah kalau begitu kita kembali kepembahasan yang sebenarnya.
Guru honor di Indonesia
memiliki jumlah yang cukup besar sehingga dalam proses proses pendataannya
harus di lakukan dengan baik dan tepat. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan
Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Sulistyo menyatakan, pihaknya memang telah
memerintahkan para pengurus di daerah untuk melakukan pendataan ulang terhadap
seluruh guru honorer, baik kategori satu (K1) maupun K2.
Sulistyo menjelaskan, pendataan
itu penting guna menghindari adanya guru honorer bodong yang disusupkan dalam
pengusulan pengangkatan menjadi CPNS.
"Saya memang meminta
dilakukan pendataan untuk mencegah jangan sampai ada permainan," terang
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari dapil Jateng itu kepada JPNN
kemarin (19/10).
Pernyataan pria bergelar doktor
itu menanggapi reaksi sejumlah guru honorer Kota Medan atas datangnya surat
edaran dari pengurus PGRI setempat pada 26 September lalu. Surat edaran dengan
nomor 34/Org/PGRI-Medan/XX/2015 itu menerangkan akan melakukan pendataan ulang
guru dan tenaga pendidikan honor K-I dan K-II dan guru honorer yang diangkat
sejak tahun 2006 ke atas.
Oleh kalangan honorer, SE itu
dianggap telat karena saat ini sudah mulai pemberkasan honorer menjadi CPNS.
Bahkan, PGRI selama ini dianggap diam saja tatkala honorer didzolimi dan
baru bersuara ketika sudah ada kepastian pengangkatan honorer menjadi CPNS.
Terlebih lagi, SE itu juga
meminta guru honorer yang belum bergabung dengan PGRI, diwajibkan mengurus
kartu online dan membayar iuran tahun 2015 dengan total Rp195 ribu.
Sulistyo mengatakan, pendataan
ulang dimaksud semata-mata untuk mencegah agar jangan ada oknum-oknum yang
memanipulasi data honorer. Menurut pria kelahiran Banjarnegara, 12 Februari
1962 itu, biasanya menjelang pengangkatan honorer menjadi CPNS, ada oknum-oknum
yang memanfaatkan situasi.
"Jangan sampai ada yang
ngaku-ngaku ini loh honorer asli, padahal bodong, tidak memenuhi
persyaratan," terang Sulistyo.
Sementara, terkait dengan guru
honorer yang belum gabung ke PGRI dan harus bayar iuran jika mendaftar, menurut
Sulistyo, hal itu wajar.
"Kalau tidak mau gabung
PGRI juga tidak apa-apa. Kalau gabung bayar iuran, ya itu wajar. Namanya
organisasi, iuran anggota itu hal yang wajar. Iurannya itu empat ribu rupiah
per bulan," terangnya.
Dia juga menyatakan, pihaknya
sering mengingatkan jajaran pengurus PGRI di pusat maupun di daerah, jangan
sampai melakukan pengutan-pengutan yang membebani anggota. "Jangan ada
manipulasi, jangan ada pungutan," pungkasnya.
Terkait anggapan PGRI selama
ini tidak peduli nasib guru honorer, Sulistyo enggan komentar. Hanya saja,
pantauan koran ini di Jakarta, selama ini Sulistyo termasuk tokoh yang paling
lantang memperjuangkan nasib honorer agar bisa diangkat menjadi CPNS.
Bahkan, saat ada aksi unjuk
rasa besar-besaran honorer K2 di depan gedung DPR pada 15 September 2015,
Sulistyo berada di tengah-tengah massa, ikut menyuarakan tuntutan para honorer./GSL/.
(Sumber:
www.jpnn.com)
PGRI : Guru Honorer Harus di Data Untuk Menghindari Manipulasi
Reviewed by Unknown
on
1:48 PM
Rating:
No comments: